Powered By Blogger

Selasa, 26 Juli 2011

macam-macam tarian daerah

Macam2 Tarian Daerah Indonesia
1. Tari-tarian Daerah Istimewa Aceh

Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam

2. Tari-tarian Daerah Bali

Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati.

Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa

3. Tari-tarian Daerah Bengkulu

Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

4. Tari-tarian Daerah DKI Jakarta

Tart Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.


5. Tari-tarian Daerah Jambi

Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.

Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.

6. Tari-tarian Daerah Jawa Barat

Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.

7. Tari-tarian Daerah Jawa Tengah

Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.

Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.

8. Tari-tarian Daerah JawaTimur

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.

Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.




9. Tari-tarian Daerah kalimantan Barat

Tari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi

Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat


10. Tari-tarian Daerah Katimantan Selatan

Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.

11. Tari-tarian Daerah Kalimantan tengah

Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.

Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.

12. Tari-tarian : Daerah Kalimantan Timur

Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.

Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.


13. Tari-tarian Daerah Lampung.

Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.

Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.

14. Tari-tarian Daerah Maluku

Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.

Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.



15. Tari-Tarian Daerah Maluku Utara

Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang.

Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun.



16. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Barat

Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.



17. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Timur

Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai.

Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.


18. Tari-tarian Daerah Papua Barat danTengah

Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).

Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawana, dan kegagahan rakyat Papua.


29. Tari-tarian Daerah Papua Timur

Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah or¬ang meninggal karena kecelakaan.


20. Tari-tarian Daerah Riau

Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau.

Tori Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi




21 Tari-tarian Daerah Sulawesi Selatan

Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.

Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.



22. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tengah

Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu agung.

Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

23. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tenggara

Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.

Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.

24. Tari-tarian Daerah Sulawesi Utara

Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.

Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.






25. Tari-tarian Daerah Sumatra Barat

Tari Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sam.

Tari Payung : Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.

26. Tari-tarian Daerah Sumatra Selatan

Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.

Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan

27. Tari-tarian Daerah Sumatra Utara

Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.

Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.









28. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta

Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.

Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai

hubungan antara pengetahuan dengan sikap orang tua dlm meminimalkan stres pada anak pra sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam menjalankan peran yang dimiliki seringkali orang tua dihadapkan pada kondisi sulit yang dapat menyebabkan kecemasan. Terlebih lagi apabila ada anggota keluarga yang sakit, sementara pada saat yang bersamaan juga dituntut untuk menjalankan peran penting di tempat lain (Supartini, 2004). Pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan pada anak dan juga orang tua. Hal ini menyebabkan gangguan emosional atau tingkah laku yang mempengaruhi kerja sama anak untuk perawatan, proses penyembuhan dan perjalanan penyakit selama anak dirawat. Beberapa faktor yang mempengaruhi dampak hospitalisasi pada anak diantaranya adalah berpisah dengan orang tua, tidak mengenal petugas dan likungan rumah sakit, pembatasan aktifitas dan merasa sebagai hukuman, kehilangan keutuhan atau cedera dan nyeri (Lewer, 2000).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit (Wong, 2000). Reaksi hospitalisasi pada anak bersifat individual yang dipengaruhi oleh tahap usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya di rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki anak (Supartini, 2004)
Reaksi hospitalisasi pada anak usia pra sekolah sangatlah banyak di rasakan karena anak belum bisa menerima perpisahan dengan orang tua, anak usia pra sekolah merasa cemas karena tidak bisa bertemu dengan teman sebaya, lingkungan rumah sakit yang dirasakan terpencil, kesepian, asing dan ritinitas rumah sakit bisa sangat membosankan (Smet, 2000). Dari reaksi yang di timbulkan di atas akan memunculkan kecemasan dan ketakutan anak di rumah sakit (Supartini, 2004)
Ketakutan yang muncul pada anak saat di rumah sakit yaitu ketakutan pada perawat dan dokter, serta lingkungan yang asing bagi anak. Anak merasa takut bila ada seorang perawat yang datang menghampirinya, anak tidak peduli dengan apa yang dilakukan perawat sekalipun tidak akan menyakitinya. Anak menganggap perawat akan melukainya dengan membawa suntikan atau peralatan lainnya. Anak berusaha untuk menolak perawat, tidak mau ditinggalkan orang tuanya, selalu memegang erat tangan orang tua, minta pulang, menangis kuat-kuat dan memukuli perawat, serta anak berlari-lari.(Supartini, 2004).
Dirawat di rumah sakit dapat membuat anak usia pra sekolah menunjukan tanda permasalahan lain seperti depresi, perasaan gugup yang mengarah pada isomnia, mimpi buruk, dan ketidak mampuan untuk berkosentrasi (Smet, 2000). Adanya kecemasan memungkinkan anak bertambah panik bahkan sampai stres sehingga anak sulit untuk diajak berperan dalam menjalani perawatan pengobatan. Dalam merawat anak usiapra sekolah, anak harus dapat merasakan suasana bermain supaya anak bereaksi baik terhadap pendekatan perawat kepadanya (Gunarso, 2005).
Salah satu alternatif untuk mengalihkan perhatian anak yang dirawat di rumah sakit adalah dengan adanya dukungan sarana bermain yang dapat memfasilitas anak untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak usia pra sekolah yang di rawat di rumah sakit, karena anak usia pra sekolah sangat senang bermain-main dengan anak seusianya (Ngastiyah, 2005). Sarana bermain bertujuan agar tumbuh kembang anak tidak terhambat walaupun anak sedang dirawat di rumah sakit serta permainan yang diberikan juga tidak memperberat sakit yang diderita anak, maka di sesuaikan dengan kemapuan anak dan kesukaan anak tersebut.
Menurut Siti Masrurih (2006) bahwa tingkat kecemasan yang di alami anak sebelum mendapat perlakuan terapi bermain paling banyak adalah cemas sedang sebanyak 4 pasein anak (40%), dan yang paling sedikit adalah cemas ringan sebanyak 1 pasien anak (10%), sedangkan setelah anak mendapat perlakuan terapi bermain paling banyak mempunyai cemas ringan sebanyak 6 pasein anak (60%), dan yang paling sedikit adalah cemas sedang sebanyak 4 pasien anak (40%) dari 10 anak.
Berdasarkan reaksi-reaksi yang di timbulkan anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi, orang tua memegang peran penting dalam miminimalkan dampak dari hospitalisasi, agar anak mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Menurut (Supartini, 2000) Sikap orang tua dalam meminimalkan stress pada anak dengan memberi kasih sayang, kehangatan, responsif, mampu berempatidan menerima anak apa adanya, maka orang tua dapat mengatasi stress akibat hospitalisasi. Menurut Ngastiyah (2005) bahwa anak mengharapkan perawat selama perawatannya dapat menjadi pengganti ibu yang memenuhi kebutuhannya di rumah sakit, misalnya menyuapi, memberi kasih sayang dan sebagainya. Menurut Fitriyah (2002) bahwa peran perawat dalam mengatasi masalah psikologis krisis perpisahan pada anak usia pra sekolah , peran perawat baik ada 26% fase anak yang mengalami putus asa ada 18,7%.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2010, sudah tersedianya ruang bermain dan ada program terapi bermain, tetapi dari 10 anak prasekolah yang diamati 70% anak mengalami stress akibat hospitalisasi dengan tanda-tanda seperti menangis saat dilakukan tindakan, marah, menangis dan menendang.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan antara pengetahuan dengan sikap orang tua dalam memenimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah”.

B. Rumusan Masalah
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad adalah RSUD yang merupakan rumah sakit rujukan di Propinsi Riau yang sudah ada pasilitas ruang bermain dan terapi bermain akan tetapi masih 70% anak prasekolah yang mengalami stress akibat hospitalisasi yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat merumuskan suatu masalah “Bagaimana Hubungan antara pengetahuan dengan sikap orang tua dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru? “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap orang tua dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah. Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengatahuan orang tua dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah
b. Untuk Mengetahui bagaimana gambaran sikap orang tua terhadap hospitalisasi pada anak pra sekolah
c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap orang tua dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah